ADAB-ADAB SUJUD

Apabila kita telah selesai memuji Allah SWT dan berdo’a dalam I’tidal, maka hendaklah kita bergerak kepada sujud: Ucapkanlah takbir dengan tidak mengangkat tangan, seraya bersujud. Suara takbir dihabiskan sebelum sampai ke tempat sujud. Apabila hampir sampai ke tempat sujud, maka hendaklah kita letakkan lebih dahulu dua lutut kita. Sesudah itu kita letakkan dua telapak tangan kita, selanjutnya meletakkan dahi kita melekat ke tempat sujud.

Adab di Kala Bersujud.

Sujud dilakukan untuk bukti kerendahan diri kita dan ketinggian Allah SWT, untuk merupakan perhambaan yang sempurna, dan untuk menyatakan ketundukkan kita kepada ketinggian Allah SWT. Apabila kita sujud, maka hendaklah kita ingat, bahwasanya sujud itu, adalah untuk menyatakan dengan seterang-terangnya pernyataan akan kehambaan kita dan kerendahan kita kpd Allah SWT. Dan bahwasanya Allah SWT maha tinggi lagi maha mulia. Karena itu, seutama-utama Dzikir diadalam sujud, ialah: “Subhana Rabbial A’la, Maha suci Allah SWT yang maha tinggi”. Tasbih inilah yang lebih afdhal, di ucapkan didalam sujud. Karena tasbih ini mensifatkan Allah SWT dengan kemaha tinggiannya. Mensifatkan Allah SWT dengan demikian dalam sujud, serasi benar dengan keadaan orang yang bersujud, yang telah merendahkan diri dengan sehabis-habis rendah.


Sebenarnya, sujud yang telah di atur dengan sebaik-baik kelakuan itu, itulah rahasia shalat dan rukunnya yang paling besar. Dan itulah penghabisan raka’at (dialah yang di tuju). Sedang rukun-rukun yang lainnya, sebagai mukaddimah. Lantaran itulah, sedekat-dekat hamba kepada Allah SWT ialah di waktu hamba bersujud itu. Dan telah di maklumi, bahwa seutama-utama hal kita, ialah di kala berdekatan dengan Allah SWT. Dan lantaran itulah Do’a di tempat ini lebih di perkenankan.

Karena sangat besar kepentingan sujud, Allah SWT memuji orang yang bersujud, dikala mendengar atau membaca Ayat-Ayat sajjadah, dan Allah SWT mencela orang yang enggan bersujud dikala mendengar atau membaca Ayat-Ayat yang berkenaan dengan sujud itu. Mengingat hal ini, hendaklah kita menyempurnakan rukun sujud dengan sempurna-sempurnanya.

Kesempurnaan sujud yang di wajibkan ialah Sujud atas anggota tujuh, yaitu: “dahi dan hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua-kedua ujung jari-jari kaki”. Oleh karenanya, hendaklah kita menyungkurkan diri untuk bersujud, hal ini merupakan sebaik-baiknya cara merendahkan diri, sentuhkanlah wajah atau muka yang merupakan bagian anggota badan yang kita anggap termulia pada suatu tempat yang biasanya di anggap rendah. Misalkan lantai atau bahkan tanah yang tidak beralas yang sehari-harinya hanya pantas untuk di injak. Di sinilah kesempatan bagi kita untuk memujinya dengan kalimat-kalimat yang indah dan agung. Untuk itu maka bacalah “Subbhana Rabbial A’la, Maha Suci Rabbku yang maha tinggi”.

Apabila kita membaca Subbhana Rabbial A’la, Maka hendaklah kita akui ketinggian Allah SWT dan bahwasanya Allah SWT maha tinggi kedudukannya, kesuciannya, kekuasaannya dan lainnya. Kita hanyalah makhluk ciptaan-Nya yang hina disisi-Nya.


Apabila kita perhatikan Al-Qur’an maka ternyata kata-kata sujud lebih banyak dijumpai daripada Ruku’. Di sinilah terdapat momen-momen yang sesuai untuk merendahkan diri bagi seorang hamba di hadapan khaliq-Nya yang maha Agung. Firman Allah SWT:

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ

Artinya: Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? (Q.S Al-Hajj 22:18)

Sahabat Abu Hurairah R.A telah menceritakan bahwa Nabi SAW pernah bersabda:
AQRABU MAYAKUNUL ‘ABDU MIN RABBIHI WAHUA SAJIDUN FA-AKTSIRUDDU’A-A
Artinya: “sedekat-dekatnya hamba dari Tuhannya adalah seorang yang bersujud, oleh karena itu banyak-banyaklah berdo’a.” (H.R Muslim, Abu Daud dan An-Nasa’i)

Adab Sujud

Sujud itu dilakukan oleh dahi, hidung, kedua-dua telapak tangan, kedua-dua lutut dan kedua-dua ujung telapak  kaki. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi SAW:
UMIRTU AN ASJUDA ‘ALA SAR’ATI A’ZHUMIN, AL-JABHATI WA ATSARA BIYADIHI ALA ANFIH, WAL YADAYNI WARBATAYNI, WAL QADHAMYN
Artinya: “Aku di suruh bersujud atas tujuh anggota: dahi dan Nabi meng-Isyaratkan juga kepada hidungnya, dan kedua-dua telapak tangan, dan kedua-dua lutut, dan kedua-dua ujung telapak  kaki.” (H.R Bukhari 464 dan Muslim, Jami Ussaghiir 1/55)

Saat peralihan dari posisi I’tidal ke posisi sujud, dan meletakkan lutut ke tanah sebelum kedua tangan, berdasarkan hadits dari Wail bin Hujr R.A, dia berkata:
RA AYTU RASULULLAH SAW, IDZA SAJADA YADHA’U RUKBATAYHI QABLA YADAYHI. WA IDZA NAHADHA RAFA’A YADAYHI QABLA RUKBATAYHI.
Artinya: “Aku melihat Rasulullah SAW ketika sujud, beliau meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya. Dan ketika bangun beliau mengangkat tangan sebelum lutut.” (H.R Ashabus Sunan)
Ibnu Qayyum dalam Zad Al-Ma’ad 1/223 berkata, “Tatacara itulah yang shahih”
Al-Khitabi dalam Ma’alim As-Sunan dan Hasyiyah Sunan Abu Daud 5/525 mengatakan “Hadits Wail bin Hujr R.A lebih kuat dari pada Hadits Abu Hurairah R.A”
Hadits Abu Hurairah yang dimaksud adalah, Rasulullah SAW bersabda:
“Jika salah seorang di antara kamu sujud, hendaklah dia meletakkan tangannya sebelum lututnya. Dan janganlah berdeku (meletakkan kedua kaki sebelum tangan seperti unta)” (H.R An-Nasa’i, Al-Mujtaba 1091). Sanad Hasan, At-Thurmudzi mengatakan Hadits Abu Hurairah ini hadits yang asing.

Pada hadits Abu Humaid di sebuntukan “Jika beliau sujud, beliau meletakkan kedua tangannya tanpa di renggangkan, dan juga tanpa di dekatkan ke tubuh dan ujung jemari kakinya menghadap kiblat.” (H.R Bukhari dan Abu Daud)
Pada hadits Aisyah: “Saya mendapati beliau sedang besujud dengan merapatkan dua tumit kakinya, sedangkan ujung jemari kakinya menghadap kiblat.” (H.R Ibnu Khuzaimah 654, Baihaqi 2/116 dan di Shahihkan oleh Al-Albani)

Abdullah bin Buhainah menggambarkan sujud Nabi SAW dengan mengatakan:
KANA RASULULLAH SAW, IDZA SAJADA YAJNA’U FI SUJUDIHI HATTA YURA YADHA’U IBTAIHI
Artinya: “Nabi SAW membuat sayap dalam sujudnya, sehingga terlihat kedua ketiaknya yang putih” (Muttafaq ‘Alaih No. 383 dan No. 495)
Arti membuat sayap adalah menjauhkan siku-siku dari pangkal lengan dan menjauhkan pangkal lengan dari pinggang, sehingga seperti sayap burung.

Sesungguhnya orang yang sujud kepada Allah dalam shalat, dan wajahnya menyentuh tanah atau lantai tempat persujutan menjadikan dirinya tinggi dan mulia di dunia ini, sebab ketika itu dia benar-benar dekat dengan dzat yang maha kuasa yaitu Allah SWT. Maka bagi siapa yang menolak atau mengabaikan sujud kepada Allah SWT, maka kepadanyalah hak untuk mendapat adzab Allah SWT.

Sesungguhnya bagi mushalli yang melakukan sujud pada Allah SWT, telah terbuka indera penglihatannya dan seakan-akan berada dalam pertapaan penuh kesunyian didalamnya ia menyampaikan keluhan dan keperluan kepada Allah SWT. Jika mengadukan nafsu amarahnya, meminta kepadanya agar Ia melindungi dari segala bentuk kejahatan dan godaan setan.

Komentar

Postingan Populer